Jumat, 25 Maret 2011

ANDREA HIRATA : Novelis Indonesia Menuju Pentas Sastra Dunia
(Catatan tentang Tetralogi Laskar Pelangi dan Dwilogi Padang Bulan.
Wawancara dengan Evelyin Lee dan Peter Sternagel)
Sebelum Andrea Hirata menerbitkan novel Laskar Pelangi (2006), sulit dibayangkan sebelumnya, di Indonesia, jutaan orang akan membaca sebuah novel. Laskar Pelangi telah beredar jutaan copy dan seorang mahasiswa yang melakukan penelitian untuk sebuah tesis memperkirakan tidak kurang dari 12 juta copy novel itu telah beredar secara tidak resmi (Pirated Copies). Ketika novel tersebut diadaptasikan menjadi film, jumlah audience juga memecahkan rekor dalam sejarah film Indonesia dan telah mendapatkan sepuluh penghargaan internasional.
            Laskar Pelangi adalah novel pertama Tetralogi Laskar Pelangi yaitu Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Pada 23 Maret 2010 telah ditandantangani Publisher Agreement antara Penerbit Bentang Pustaka dengan Amer-Asia Books, Inc, Tucson, Arizona, USA. Peristiwa ini bukan hanya penting bagi Andrea Hiratan, namun juga tonggak bagi perkembangan buku Indonesia. Karena barangkali ini untuk pertama kali penulis Indonesia direpresentasikan oleh agen buku komersial internasionalsehingga karya Andrea Hirata dapat tersedia di luar Indonesia dan berkompetisi dalam industri buku global. Agreement  Itu sekaligus menempatkan Andrea Hirata di dalam peta novelis dunia. Penerbit Yillin Press, China dan Penerbit Nha Nam Publishing and Communications, Vietnam akan mendistibusikan Laskar Pelangi dalam bahasa masing- masing, yang segera disusul dengan kerjasama dengan Uni Agency, sebuah literary agent terkemuka di Jepang, dan penerbi- penerbit di Amerika, Jerman, Prancis, Korea, serta beberapa negara Asia dan eropa lainnya. Novel The Rainbow Troop (edisi internasional Laskar Pelangi) sendiri mendapat sambutan hangat di berbagai festival di luar negeri (Fukuoka, Vancouver, Singapura, dan Wordstorm- Australia).
            Diwawancarai tentang alasan ketertarikan agen buku internasional akan Tetralogi Laskar Pelangi (The Ranbow Troop Quartet), kapasitas tulisan Andrea, dan peluangnya untuk pembaca global, Evelyn Lee, Solicitor karya sastra berpengalaman dari Amer-Asia Books menjawab :
I am very, very enthusiastic about representing Andrea’s works. Of course, till now, the only one of his books that we have read is The Rainbow Troop, but i expect the following ones to be just as great. The can not help but feel strongly about the character, their stuggles & hopes, and then particularly foreign readers can get an understanding and felling for the problem brougth to Indonesia by foreign countries. I do think, however that there will be greater reception of the books in some countries than in others. Also, rigth now, with people in so many countries having their own problems such as loss job & money, we are finding that many readers just want”thrillers” and police procedurals-perhaps just so they can forget their problems for a little while. We have been in contact with a number publishers in the U.S & it is appearing to us that we will probably make a sale to one of the so-called “Literary publisher” who are seeking books of true worth & quality rather than the thrillers that many big publisher concentrate on. We are, however, convinced that there is market here & also a much stronger market in many other countries, paricularly Europe. We have started marketing in Asia, but think that we should have sales in 20 countries where we do most of our work & that this should lead to further sales. Having just started, we have already completed sales to the large. Well known Yillin Press in China that’s done many best-selling U.S books & to Nha Nam in Vietnam.
            Peter Sternaged yang saat ini sedang menerjemahkan Laskar Pelangi ke dalam bahasa Jerman berpendapat :
Up to now from all the books Andrea wrote I only know to novel Laskar Pelangi, which I happen to tanslate right now. I like this book very much, because of the great variety of the scenes, situations and the characters Andrea present us in this text. In general Andrea’s stories are full humor, he is great in describing different personalities, knows how to create tension in his stories, he is an excellent observer of people, environment and nature, anyway, he is a great storyteller, but from time to time he likes redudancy or would exaggrate a little bit, so one has to curb him. To be Frank, literature from Indonesia- is not so popularity in Germany, would not attract so many readers. You will probably find the same situation in other European countries, may be except Netherlands. Of course I hope with Andrea Hirata it will become different.
Tetralogi Laskar Pelangi diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh penerjemah Amerika : Angie Kilbante dan John Colombo. Penerjemahan dilakukan sedemikian rupa sehingga edisi bahasa Inggris ini dapat dibaca dengan mudah oleh pembaca Indonesia, terutama para siswa, untuk kajian ilmiah budaya, bahkan untuk referensi belajar bahasa Inggris. The Rainbow Troop dan The Dreamer (edisi internasional Sang Pemimpi) saat ini telah beredar di Indonesia. Segera disusul oleh edisi internasional Edensor dan Maryamah Karpov.
Novel- novel Andrea Hirata setelah tetralogi Laskar Pelangi adalah Dwilogi Padang Bulan, yaitu dua karya Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas, dengan urutan Padang Bulan terlebih dulu. Dwilogi ini meneguhkan Andrea sebagai cultural novelist sekaligus periset sosial dan budaya. Watak manusia yang penuh kejutan, sifat- sifat unik sebuah komunitas, parodi, dan cinta, ditulis dengan cara membuka pintu- pintu baru bagi pembaca untuk melihat budaya, melihat diri sendiri, dan memahami cinta, hubungan keluarga, dan religi dengan cara yang tak biasa. Keindahan kisah, kedalaman intelektualitas, humor dan histeria kadang- kadang, serta kehati- hatian sekaligus kesembronoan yang disengaja telah menjadi ciri gayanya. Dia sesungguhnya tahu arti carpe diem (Cinta di Dalam Gelas) dan tahu bahwa Benyamin Franklin tidak pernah menjadi Presiden Amerika ( Edensor). Ia pun dengan jeli menghindari permintaan penjelasan dari para matematikawan atas teori lirikan matanya (Padang Bulan) dengan mengambangkan kepastian panjang sebuah meja pingpong.
Ide tulisan dengan hasrat bereksperimen yang kuat serta kemampuan menyeimbangkan mutu dan penerimaan yang luas dari masyarakat adalah daya tarik sekaligus misteri terbesar Andrea Hirata. Ia mampu menjangkau semua kalangan. Laskar Pelangi dibaca anak berusia 7 tahun sampai profesor universitas berusia 70 tahun. Dinikmati penggila sastra sampai orang yang sama sekali tidak pernah membaca novel. Karya- karyanya diwacanakan di Fakultas Sastra, dijadikan skripsi, maskawin, bacaan wajib di sekolah dan dibaca orang di dalam bus kota, sambil tertawa dan menangis, sendirian. Godaan untuk membaca tulisannya telah berkembang menjadi sama besarnya dengan godaan untuk mengetahui siapa novelis eksentrik ini, sama pula besarnya dengan godaan untuk membajak karya- karyanya.
Andrea Hirata lulus cum laude dari program post graduate di Sheffield Hallam University, United Kingdom, melalui beasiswa Uni Eropa. Ia sempat menjalani riset di Groningen, Holland dan Sorbonne, Paris. Bidang yang ditekuninya adalah pengembangan model-model pricing, terutama untuk teori ekonomi telekomunikasi. Sebuah bidang yang sangat matematis. Ia pernah bekerja di sebuah institusi keuangan di London dan di perusahaan negara Telekomunikasi Indonesia, tapi tidak mendapatkan kebahagiaandi kedua tempat itu. Saat ini Andrea Lebih banyak tinggal di tempat kelahirannya di Pulau Belitong, di pulau itu seluruh kisah Laskar Pelangi terjadi. Film dan novel Laskar Pelangi telah mengenalkan pulau itu kepada dunia dan mebuatnya dijuluki Negeri Laskar Pelangi. Di pulau itu Andrea tinggal bersama kedua orang tuanya, namun lebih banyak menghabiskan waktu di sebuah kabin di pinggir sungai, di tepi kampungnya, tanpa jaringan telepon, tanpa internet, dan tanpa listrik.
Setelah menyelesaikan novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas, Andrea berencana memelihara beberapa ekor sapi dan berharap sapi- sapi itu akan menerbitkan keinginannya kembali untuk menulis novel. Kadang- kadang ia mengisi waktu secara sukarela mengajar Matematika dan bahasa Inggris untuk anak- anak kecil, dan sesekali keluar dari Pulau itu untuk menghadiri undangan festival buku dan film di luar negeri. Ia juga sering mencoba suaranya sebagai tukang adzan di mesjid. Selain itu, dia banyak melamun saja. Tapi, dari kejauhan dia melihat- lihat jika di kampung ada komedi putar. Naik komedi putar adalah hobinya dari dulu hingga sekarang.
Buat teman- teman dibaca yah novelnya, karena banyak banget nilai moral dan pengalaman budaya tentang etnis dan kehidupan, harga buku rasanya tidak sebanding dengan besarnya nilai spirit yang diberikan, pokoknya gak kalah dengan Laskar Pelangi. (pesan dari Admin nich yang kebetulan udah baca semua karya Andrea Hirata). Trim’s
Dikutip dari Novel Dwilogi Padang Bulan

0 komentar :